Rabu, 07 Mei 2014

STUDI PENDAHULUAN



STUDI PENDAHULUAN
Menurut kurikulum satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan matematika di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep antara alogaritma secara luwes, akurat, koefesien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2)      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika.
3)      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4)      Mengkomuniksikan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5)      Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum pendidikan matematika pada butir pertama adalah suatu gerbang yang harus dimiliki siswa untuk dapat mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemahaman matematika sangatlah berperan penting sebagai kemampuan prasyarat untuk dapat memcapai kemampuan-kemampuan yang lainnya.
Dari hasil survai yang dilakukan pada sebagian siswa SMP Darun Nasya Lembang terkait kemampuan pemahaman matematis pada pokok bahasan teorema Pythagoras kelas VIII semester ganjil dan tingkat kecemasan siswa dalam : (1) Kecemasan siswa ketika tampil didepan kelas; (2) Kecemasan siswa ketika belajar matematika. kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil survei tersebut: (1) Masih rendahnya kemampuan matematis siswa SMP Darun Nasya Lembang; (2) terdapat kecemasan yang di alami siswa SMP Darun Nasya Lembang. Hasil analisis data yang di hasilkan ditunjukan dengan nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman matematis SMP Darun Nasya Lembang 67,50 < 70,00 (nilai KKM) dan skor kecemasan rata-rata siswa SMP Darun Nasya Lembang 2,49 yang di artikan siswa mengalami tingkat kecemasan pada level sedang karena berada pada interval 2 < skor ≤ 3.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan-kemampuan matematis siswa. diantaranya, dari hasil penelitian Anita (2011) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya kemamampuan matematis siswa diantaranya dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kecemasan siswa pada proses pembelajaran matematika.
Faktor lain yang juga dianggap tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan dalam menunjang keberhasilan siswa untuk mencapai hasil yang optimal adalah bagaimana cara guru menyajikan materi.  Menurut Slameto (2010) mengatakan salah satu syarat yang diperlukan dalam mengajar yang efektif adalah guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. Karena masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam berbagai segi, misalnya intelegensi, bakat, minat, kebutuhan, kesiapan belajar, gaya belajar, dan lain sebagainya.
Belum adanya penelitian yang dilakukan di SMP Darun Nasya Lembang tentang kemampuan pemahaman matematis pada pokok bahasan teorema pythagoras dan tingkat kecemasan siswa dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan  Student Team Achievement Division (STAD). maka dari itu peneliti mencoba melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan kemapuan pemahaman matematis siswa dan mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam proses belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan  Student Team Achievement Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengacu kepada metode pembelajaran, yang mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu salam belajar (Suprihatiningrum, 2013:191). Arenda (1997:111) dalam Suprihatiningrum (2013:197) menyatakan bahwa, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran penting, hasil belajar akademik, penerimaan perbedaan terhadap individu, dan pengembangan ketrampilan sosial. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Dari masalah yang didapat dari keterangan di atas, maka pembelajaran koopertaif dengan menggunakan pendekatan STAD dianggap mampu untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan mengurangi tingkat kecemasan siswa pada SMP Darun Nasya Lembang.



DAFTAR PUSTAKA
Anita, I.W. (2011). Pengaruh Kecmasan Matematika (Mathematics Anxiety) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa SMP. UPI Bandung, Tesis. Tidak Dierbitkan.

Depdiknas (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas


Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Jogjakata: Ar-Ruzz Media


Tidak ada komentar:

Posting Komentar