Rabu, 07 Mei 2014

TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN UNPAS

A.  PEMBELAJARAN CTL
Diantara banyaknya definisi belajar atau learning, ada dua definisi yang bisa dijadikan panduan dalam menerjemahkan kalimat belajar
1.      A relatively permanent change in response potentiality which occurs as a result of reinforced practice.
2.      A change in human disposition or capability, which can be retained, and which is not simply ascribable to the prosses of growth.

Dari kedua definisi di atas, terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam proses belajar.
1.      Belajar menghasilkan perubahan prilaku anak didik yang relative permanen. pendidik berperan sebagai pelaku perubahan (agen of change)
2.      Peserta didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan kodrati untuk ditumbuh-kembangkan tanpa henti.
3.      Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear sejalan proses kehidupan.
Kadalam dunia pendidikan, terdapat empat konsep yang sangat penting dan saling keterkaitan satu sama lain
1.      Teaching adalah refleksi sistem kepribadian guru yang bertindak secara propesional,
2.      Learning adalah sistem kepribadian siswa yang menunjukan prilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan,
3.      Instruction adalah sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan belajar,
4.      Curriculum adalah sistem sosial yang berujung pada sebuah rencana untuk pengajaran.
Dalam menerapkan konsep CTL dalam belajar-mengajar terdapat tujuh strategi dalam pelaksanaannya,
1.      Pengajaran berbasis problem
Pembelajaran yang menyertakan masalah-masalah yang tidak rutin yang dikaitkan dengan keseharian peserta didik.
2.      Menggunakan konsep yang beragam
Mencoba dengan menerapkan pembelajaran yang tidak biasa dilakukan untuk membangun konsep yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
3.      Mempertimbangkan kebhinekaan siswa,
Melakukan pembelajaran yang tidak menyamaratakan peserta didik, dengan cara membangun kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan.
4.      Memberdayakan sisiwa untuk belajar sendiri,
Belajar berkreasi sesuai dengan kapasitas dan kemampuan otak masing-masing dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
Proses belajar mandiri adalah sebuah metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang meliputi beberapa langkah, dan menghasilkan baik hasil yang nampak maupun hasil yang tak nampak.
Langkah-langkah belajar mandiri,
a.       Siswa mandiri menentukan tujuan
b.      Siswa mandiri membuat rencana
c.       Siswa mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri
d.      Siswa mandiri membuahkan hasil akhir
e.       Siswa mandiri menunjukan kecakapan melalui penilaian autentik
5.      Belajar melalui kolaborasi,
6.      Menggunakan penilaian autentik,
Macam-macam penilaian autentik
a.       Portofolio
b.      Pengukuran kinerja
c.       Proyek
d.      Jawaban tertulis secara tertulis secara lengkap
7.      Mengejar standar tinggi.
Targetan-targetan yang ingin di capai selalu yang maksimal, misalnya kriteria ketuntasan minimum (KMM)
B.  MENGAPA MENGGUNAKAN CTL
1.      CTL: Berakar Pada Sebuah Pandangan Baru
“Penemuan ilmah terbaru ini memberi tahu kita bahwa justru hubungan antara bagian-bagian tersebutlah yang konteknya yang memberika makna”.
Pembelajaran akan lebih bermakna dan terserap manakala pembelajaran secara akademik dapat di jembatani oleh pendidik yang dikaitkan dalam konteks kehidupan keseharian siswa. seperti halnya keterkaitan antara oksigen dengan hidrogen, ketika seseorang mendengar kata oksigen dan atau hidrgen, mungkin masih merasa asing di telinga dan sulit untuk di terjemahkan. tapi lain halnya ketika kedua unsur tersebut di satukan atau di hubungkan sehingga menjadi air. maka dengan cepat telinga manusia akan merespon dan dapat mereka terjemahkan. karena mereka selalu berinteraksi dengan yang namanya air.
2.      Keterbatasan Pendidikan Tradisional
“Kadang-kadang, waktu para siswa dan mahasiswa hanya dihabiskan untuk mengisi buku tugas, mendengarkan pengajar, dan menyelesaikan latihan-latihan yang membosankan. Alih-alih menyelesakan ujian yang bisa mengungkapkan pemahaman siswa atau mahasiswa, mereka hanya mengikuti ujian-ujian yang mengukur kemampuan siswa atau mahasiswa menghafalkan fakta”.
Peserta didik tidak diberikan pandangan keterkaitan antara apa yang mereka pelajari dengan untuk apa mereka mempelajari hal tersebut.
3.      Menolak Dualisme: Menyatukan Pemikiran dan Tindakan
“Manusia dirancang oleh alam untuk menggabungkan pengetahuan dan tindakan”.
Guru sebagai fasilitator secara utuh harus dapat membimbing peserta didik dalam mnyeimbangkan antara pengetahuan yang diberikan serta kemampuan yang dimiliki peserta didik dengan sikap peserta didik. karena pengetahuan dalam otak akan dicerminkan selaras dan sejajar dengan sikap peserta didik dalam kesehariannya.
“Para guru harus mengamati setiap anak di dalam kelas agar memahami keadaan emosi anak tersebut, gaya belajarnya, kemampuannya dalam berbahasa, kontek budaya dan latar belakangnya, dan situasi keuangan keluarganya”.
4.      CTL: Sebuah Sistem yang Cocok dengan Otak
“Penelitian memgenai otak memberi tahu kita bahwa pengaruh lingkungan lebih besar dari pada yang kita bayangkan otak seorang anak yang menghabiskan banyak waktu menonton televisi sangat berbeda strukturnya dengan otak anak yang sering berbicara dengan orang dewasa”.
dalam membentuk karakter itu harus dimulai sejak dini, sejak usia anak dalam kandungan sampai pada usia 17-18 tahun, karena setelah lewat usia tersebut anak sudah menemukan karakternya dan sulit untuk merubahnya kecuali dengan kesadaran sendiri yang di dapat dari pengalaman-pengalaman yang ia jumpai. Membangun karakter manusia adalah dengan cara membangun otaknya, merubah pola pikirnya.
Pola pikir manusia tergantung dari pada kebiasaan-kebaiasaan yang ia lakukan di masa lalu. yang akan tercermin beberapa tahun kemudian. diantara faktor yang dapat membentuk sebuah karakter manusia diantaranya: (1) apa yang sering ia baca, dengar dan ia lihat; (2) dengan siapa ia bergaul; (3) siapa idola kesehariannya.
5.      Kesimpulan: Tantangan Konteks
“CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah sebuah sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna yang menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
C.  MENGAPA CTL BERHASIL: SEBUAH DEFINISI
“Sistem CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk bertindak secara alami, cara itu sesuai dengan fungsi otak, psikologi dasar manusia, Dan tiga prinsip alam semesta yang ditemukan oleh para fisikawan dan para akhli biologi modern. Prinsip-prinsip tersebut adalah saling ketergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri sendiri”.
Tiga prinsip ilmiah dalam CTL
1.    Prinsip Kesaling-Bergantungan
Setiap manusia itu unik di dalam kesehariannya. Keunikan itu selalu berubah dan akan mengalami perubahan. setiap manusia di lahirkan dengan status sebagai mahluk sosial. makhluk yang akan selalu berdampingan dengan makhluk lain. yang saling mengisi dan menyempurnakan satu sama lainya sehingga menjadi manusia yang sempurna secara sosial.
“Dengan kerjasama para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Bekerjasama akan mebentu mereka mengetahui bahwa saling mendengarkan akan menuntun pada keberhasilan”.
2.    Prinsip Deferensiasi
Pada awalnya setiap kemampuan manusia itu berbeda. Akan tetapi pada akhirnya kemampuan manusia akan sama. Yang membedakan manusia yang satu dengan yang lainya hanyalah waktu tempuh dari masing-masing manusia tersebut untuk menguasai ketrampilan atau potensi tertentu. Ada manusia yang cerdas pada awalnya dan ada pula manusia yang cerdas  apada akhirnya. Itulah fungsi sebenarnya dari pembelajaran  kooperatif, manusia yang pintar pada awalnya dapat membantu manusia lainnya sehingga menjadi manusia cerdas pada akhirnya.
3.    Prinsip Pengaturan Diri
Dalam prinsip ini peserta didik di arahkan agar dapat menemukan potensi yang belum tergali yang ada dalam diri masing-masing. pendidik memberikan stimulus dan mengarahkan dan menguatkan apa yang memang menjadi potensi dari masing-masing peserta didik.
D.  PEMBELAJARAN CTL SEBAGAI OPSI DALAM MENINGKATKAN POTENSI PESERTA DIDIK
“Di dunia ini terdapat macam-macam pahlawan, yang ingin saya ajak untuk menghabiskan waktu bersama adalah… guru yang melakukan pekerjaan paling berat, paling berantakan, dan paling melelahkan; dan entah dengan cara bagaimana mereka masih berhasil menyelesaikannya dengan jiwa yang utuh”.
-Jonathan Kozol
Ordinary resurrections (2000, h. 257)
Jika otak hanya belajar, mengutip dan berlatih, ngebut sebelum ujian, maka dalam 14-18 jam, otak akan melupakan sebagian informasi baru tersebut, kecuali informasi tersebut mempunyai makna
Keampuhan CTL terletak pada kesempatan yang diberikan pada semua siswa untuk mengembangkan harapan dan bakat mereka dan mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap.
E.  KESIMPULAN
Setiap peserta didik adalam individu yang unik yang akan terus unik dalam situasi dan kondisi apapun. keunikan ini yang kadang kebanyakan pendidik menjadikan hal tesebut sebuah masalah yang sulit untuk ditemukan formulanya. Pembelajaran ini ditawarkan untuk dijadikan salah satu opsi untuk solusi dari permasalahan tersebut. Karena CTL akan mengarahkan peserta didik menemukan makna dari apa mereka pelajari. tanpa mengesampungkan atau mendiskreditkan atau memarjinalkan peserta didik yang berkemampuan cerdas pada awalnya atau pun peserta didik yang cerdas pada akhirnya.

F.   DAFTAR PUSTAKA
Johnson, E. (2010). CTL. Bandung: Kaifa Learning










  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar