A.
PEMBELAJARAN CTL
Diantara banyaknya definisi belajar atau learning, ada dua definisi
yang bisa dijadikan panduan dalam menerjemahkan kalimat belajar
1.
A relatively permanent change in response potentiality which occurs
as a result of reinforced practice.
2.
A change in human disposition or capability, which can be retained,
and which is not simply ascribable to the prosses of growth.
Dari kedua definisi di atas,
terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam proses belajar.
1.
Belajar
menghasilkan perubahan prilaku anak didik yang relative permanen.
pendidik berperan sebagai pelaku perubahan (agen of change)
2.
Peserta
didik memiliki potensi, gandrung, dan kemampuan yang merupakan kodrati untuk
ditumbuh-kembangkan tanpa henti.
3.
Perubahan
atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear sejalan proses
kehidupan.
Kadalam dunia pendidikan, terdapat
empat konsep yang sangat penting dan saling keterkaitan satu sama lain
1.
Teaching adalah refleksi sistem kepribadian guru yang bertindak secara
propesional,
2.
Learning adalah sistem kepribadian siswa yang menunjukan prilaku yang
terkait dengan tugas yang diberikan,
3.
Instruction adalah sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan belajar,
4.
Curriculum adalah sistem sosial yang berujung pada sebuah rencana untuk
pengajaran.
Dalam menerapkan konsep CTL dalam
belajar-mengajar terdapat tujuh strategi dalam pelaksanaannya,
1.
Pengajaran
berbasis problem
Pembelajaran yang
menyertakan masalah-masalah yang tidak rutin yang dikaitkan dengan keseharian peserta
didik.
2.
Menggunakan
konsep yang beragam
Mencoba dengan
menerapkan pembelajaran yang tidak biasa dilakukan untuk membangun konsep yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
3.
Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa,
Melakukan
pembelajaran yang tidak menyamaratakan peserta didik, dengan cara membangun
kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan.
4.
Memberdayakan
sisiwa untuk belajar sendiri,
Belajar
berkreasi sesuai dengan kapasitas dan kemampuan otak masing-masing dalam
menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
Proses belajar
mandiri adalah sebuah metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang
meliputi beberapa langkah, dan menghasilkan baik hasil yang nampak maupun hasil
yang tak nampak.
Langkah-langkah
belajar mandiri,
a.
Siswa
mandiri menentukan tujuan
b.
Siswa
mandiri membuat rencana
c.
Siswa
mandiri mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri
d.
Siswa
mandiri membuahkan hasil akhir
e.
Siswa
mandiri menunjukan kecakapan melalui penilaian autentik
5.
Belajar
melalui kolaborasi,
6.
Menggunakan
penilaian autentik,
Macam-macam
penilaian autentik
a.
Portofolio
b.
Pengukuran
kinerja
c.
Proyek
d.
Jawaban
tertulis secara tertulis secara lengkap
7.
Mengejar
standar tinggi.
Targetan-targetan
yang ingin di capai selalu yang maksimal, misalnya kriteria ketuntasan minimum
(KMM)
B.
MENGAPA MENGGUNAKAN CTL
1.
CTL:
Berakar Pada Sebuah Pandangan Baru
“Penemuan
ilmah terbaru ini memberi tahu kita bahwa justru hubungan antara bagian-bagian
tersebutlah yang konteknya yang memberika makna”.
Pembelajaran
akan lebih bermakna dan terserap manakala pembelajaran secara akademik dapat di
jembatani oleh pendidik yang dikaitkan dalam konteks kehidupan keseharian
siswa. seperti halnya keterkaitan antara oksigen dengan hidrogen, ketika
seseorang mendengar kata oksigen dan atau hidrgen, mungkin masih merasa asing
di telinga dan sulit untuk di terjemahkan. tapi lain halnya ketika kedua unsur
tersebut di satukan atau di hubungkan sehingga menjadi air. maka dengan cepat
telinga manusia akan merespon dan dapat mereka terjemahkan. karena mereka
selalu berinteraksi dengan yang namanya air.
2.
Keterbatasan
Pendidikan Tradisional
“Kadang-kadang,
waktu para siswa dan mahasiswa hanya dihabiskan untuk mengisi buku tugas,
mendengarkan pengajar, dan menyelesaikan latihan-latihan yang membosankan.
Alih-alih menyelesakan ujian yang bisa mengungkapkan pemahaman siswa atau
mahasiswa, mereka hanya mengikuti ujian-ujian yang mengukur kemampuan siswa
atau mahasiswa menghafalkan fakta”.
Peserta
didik tidak diberikan pandangan keterkaitan antara apa yang mereka pelajari
dengan untuk apa mereka mempelajari hal tersebut.
3.
Menolak
Dualisme: Menyatukan Pemikiran dan Tindakan
“Manusia
dirancang oleh alam untuk menggabungkan pengetahuan dan tindakan”.
Guru
sebagai fasilitator secara utuh harus dapat membimbing peserta didik dalam
mnyeimbangkan antara pengetahuan yang diberikan serta kemampuan yang dimiliki
peserta didik dengan sikap peserta didik. karena pengetahuan dalam otak akan
dicerminkan selaras dan sejajar dengan sikap peserta didik dalam kesehariannya.
“Para
guru harus mengamati setiap anak di dalam kelas agar memahami keadaan emosi anak
tersebut, gaya belajarnya, kemampuannya dalam berbahasa, kontek budaya dan
latar belakangnya, dan situasi keuangan keluarganya”.
4.
CTL:
Sebuah Sistem yang Cocok dengan Otak
“Penelitian
memgenai otak memberi tahu kita bahwa pengaruh lingkungan lebih besar dari pada
yang kita bayangkan otak seorang anak yang menghabiskan banyak waktu menonton
televisi sangat berbeda strukturnya dengan otak anak yang sering berbicara
dengan orang dewasa”.
dalam
membentuk karakter itu harus dimulai sejak dini, sejak usia anak dalam
kandungan sampai pada usia 17-18 tahun, karena setelah lewat usia tersebut anak
sudah menemukan karakternya dan sulit untuk merubahnya kecuali dengan kesadaran
sendiri yang di dapat dari pengalaman-pengalaman yang ia jumpai. Membangun karakter
manusia adalah dengan cara membangun otaknya, merubah pola pikirnya.
Pola
pikir manusia tergantung dari pada kebiasaan-kebaiasaan yang ia lakukan di masa
lalu. yang akan tercermin beberapa tahun kemudian. diantara faktor yang dapat
membentuk sebuah karakter manusia diantaranya: (1) apa yang sering ia baca,
dengar dan ia lihat; (2) dengan siapa ia bergaul; (3) siapa idola kesehariannya.
5.
Kesimpulan:
Tantangan Konteks
“CTL
adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang
mewujudkan makna. CTL adalah sebuah sistem pengajaran yang cocok dengan otak
yang menghasilkan makna yang menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa.
C.
MENGAPA CTL BERHASIL: SEBUAH DEFINISI
“Sistem CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk
bertindak secara alami, cara itu sesuai dengan fungsi otak, psikologi dasar
manusia, Dan tiga prinsip alam semesta yang ditemukan oleh para fisikawan dan
para akhli biologi modern. Prinsip-prinsip tersebut adalah saling
ketergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri sendiri”.
Tiga prinsip ilmiah dalam CTL
1.
Prinsip
Kesaling-Bergantungan
Setiap
manusia itu unik di dalam kesehariannya. Keunikan itu selalu berubah dan akan
mengalami perubahan. setiap manusia di lahirkan dengan status sebagai mahluk sosial.
makhluk yang akan selalu berdampingan dengan makhluk lain. yang saling mengisi
dan menyempurnakan satu sama lainya sehingga menjadi manusia yang sempurna
secara sosial.
“Dengan
kerjasama para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana, dan
mencari pemecahan masalah. Bekerjasama akan mebentu mereka mengetahui bahwa
saling mendengarkan akan menuntun pada keberhasilan”.
2.
Prinsip
Deferensiasi
Pada
awalnya setiap kemampuan manusia itu berbeda. Akan tetapi pada akhirnya
kemampuan manusia akan sama. Yang membedakan manusia yang satu dengan yang
lainya hanyalah waktu tempuh dari masing-masing manusia tersebut untuk
menguasai ketrampilan atau potensi tertentu. Ada manusia yang cerdas pada
awalnya dan ada pula manusia yang cerdas
apada akhirnya. Itulah fungsi sebenarnya dari pembelajaran kooperatif, manusia yang pintar pada awalnya
dapat membantu manusia lainnya sehingga menjadi manusia cerdas pada akhirnya.
3.
Prinsip
Pengaturan Diri
Dalam
prinsip ini peserta didik di arahkan agar dapat menemukan potensi yang belum
tergali yang ada dalam diri masing-masing. pendidik memberikan stimulus dan
mengarahkan dan menguatkan apa yang memang menjadi potensi dari masing-masing
peserta didik.
D.
PEMBELAJARAN CTL SEBAGAI OPSI DALAM MENINGKATKAN POTENSI PESERTA
DIDIK
“Di dunia
ini terdapat macam-macam pahlawan, yang ingin saya ajak untuk menghabiskan
waktu bersama adalah… guru yang melakukan pekerjaan paling berat, paling
berantakan, dan paling melelahkan; dan entah dengan cara bagaimana mereka masih
berhasil menyelesaikannya dengan jiwa yang utuh”.
-Jonathan
Kozol
Ordinary
resurrections (2000, h. 257)
Jika otak hanya belajar, mengutip dan berlatih, ngebut sebelum
ujian, maka dalam 14-18 jam, otak akan melupakan sebagian informasi baru
tersebut, kecuali informasi tersebut mempunyai makna
Keampuhan CTL terletak pada kesempatan yang diberikan pada semua
siswa untuk mengembangkan harapan dan bakat mereka dan mengetahui informasi
terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap.
E.
KESIMPULAN
Setiap peserta didik adalam individu yang unik yang akan terus unik
dalam situasi dan kondisi apapun. keunikan ini yang kadang kebanyakan pendidik
menjadikan hal tesebut sebuah masalah yang sulit untuk ditemukan formulanya. Pembelajaran
ini ditawarkan untuk dijadikan salah satu opsi untuk solusi dari permasalahan
tersebut. Karena CTL akan mengarahkan peserta didik menemukan makna dari apa
mereka pelajari. tanpa mengesampungkan atau mendiskreditkan atau memarjinalkan
peserta didik yang berkemampuan cerdas pada awalnya atau pun peserta didik yang
cerdas pada akhirnya.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, E.
(2010). CTL. Bandung: Kaifa Learning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar