STUDI PENDAHULUAN
Menurut kurikulum
satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, dijelaskan bahwa tujuan
pendidikan matematika di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)
Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep antara
alogaritma secara luwes, akurat, koefesien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2)
Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika.
3)
Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4)
Mengkomuniksikan dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5)
Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet, dan percaya diri
dalam pemecahan masalah.
Tujuan umum pendidikan
matematika pada butir pertama adalah suatu gerbang yang harus dimiliki siswa
untuk dapat mencapai tingkat kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemahaman
matematika sangatlah berperan penting sebagai kemampuan prasyarat untuk dapat
memcapai kemampuan-kemampuan yang lainnya.
Dari hasil survai yang
dilakukan pada sebagian siswa SMP Darun Nasya Lembang terkait kemampuan
pemahaman matematis pada pokok bahasan teorema Pythagoras kelas VIII semester
ganjil dan tingkat kecemasan siswa dalam : (1) Kecemasan siswa ketika tampil
didepan kelas; (2) Kecemasan siswa ketika belajar matematika. kesimpulan yang
dapat di ambil dari hasil survei tersebut: (1) Masih rendahnya kemampuan
matematis siswa SMP Darun Nasya Lembang; (2) terdapat kecemasan yang di alami
siswa SMP Darun Nasya Lembang. Hasil analisis data yang di hasilkan ditunjukan
dengan nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman matematis SMP Darun Nasya
Lembang 67,50 < 70,00 (nilai KKM) dan skor kecemasan rata-rata siswa SMP
Darun Nasya Lembang 2,49 yang di artikan siswa mengalami tingkat kecemasan pada
level sedang karena berada pada interval 2 < skor ≤ 3.
Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan-kemampuan matematis siswa.
diantaranya, dari hasil penelitian Anita (2011) yang menyatakan bahwa tinggi
rendahnya kemamampuan matematis siswa diantaranya dapat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya tingkat kecemasan siswa pada proses pembelajaran matematika.
Faktor lain yang juga
dianggap tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan dalam menunjang
keberhasilan siswa untuk mencapai hasil yang optimal adalah bagaimana cara guru
menyajikan materi. Menurut Slameto
(2010) mengatakan salah satu syarat yang diperlukan dalam mengajar yang efektif
adalah guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. Karena masing-masing
siswa mempunyai perbedaan dalam berbagai segi, misalnya intelegensi, bakat,
minat, kebutuhan, kesiapan belajar, gaya belajar, dan lain sebagainya.
Belum adanya penelitian
yang dilakukan di SMP Darun Nasya Lembang tentang kemampuan pemahaman matematis
pada pokok bahasan teorema pythagoras dan tingkat kecemasan siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Student Team Achievement Division
(STAD). maka dari itu peneliti mencoba melakukan penelitian dalam rangka
meningkatkan kemapuan pemahaman matematis siswa dan mengurangi tingkat
kecemasan siswa dalam proses belajar matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Student Team Achievement Division
(STAD).
Pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang mengacu kepada metode pembelajaran, yang mana siswa
bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu salam belajar
(Suprihatiningrum, 2013:191). Arenda (1997:111) dalam Suprihatiningrum
(2013:197) menyatakan bahwa, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran penting, hasil belajar
akademik, penerimaan perbedaan terhadap individu, dan pengembangan ketrampilan sosial. Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Student Team Achievement Divisions (STAD)
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran
menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim
telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang
materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe
pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.
Dari masalah yang didapat dari keterangan di atas, maka pembelajaran koopertaif
dengan menggunakan pendekatan STAD dianggap mampu untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis dan mengurangi tingkat kecemasan siswa pada SMP Darun Nasya
Lembang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anita, I.W. (2011). Pengaruh Kecmasan
Matematika (Mathematics Anxiety) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Koneksi Matematis Siswa SMP. UPI Bandung, Tesis. Tidak Dierbitkan.
Depdiknas (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Suprihatiningrum,
J. (2013). Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Jogjakata: Ar-Ruzz
Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar